Pada Maret 2021, seorang manajer investasi Wall Street kehilangan 20 miliar dolar AS dalam waktu hanya 48 jam, menjadi orang yang tercepat dalam sejarah dalam hal kerugian. Peristiwa yang mengguncang dunia keuangan ini mencerminkan sebuah konsep perdagangan yang tampaknya sederhana namun sangat berbahaya—pemutusan margin dan margin call.
Memahami dari pemutusan margin oleh para pemain besar: Mengapa Bill Hwang bisa kehilangan begitu banyak?
Strategi investasi Bill Hwang sangat langsung: memilih saham perusahaan yang dianggap bagus, lalu menggunakan leverage besar untuk memperbesar keuntungan. Dengan metode ini, dia mengubah aset sebesar 220 juta dolar AS menjadi 20 miliar dolar AS dalam 10 tahun.
Namun leverage seperti pedang bermata dua. Ketika pasar saham mengalami volatilitas besar pada 2021, posisi beliau mulai tertekan. Perusahaan sekuritas, untuk melindungi dana mereka sendiri, melakukan forced liquidation.
Masalahnya—jumlah saham yang dia pegang terlalu besar. Ketika perusahaan sekuritas menjual begitu banyak saham sekaligus ke pasar, tidak ada cukup pembeli untuk menyerapnya. Setelah harga saham jatuh, ini memicu risiko margin call pada posisi lainnya, menyebabkan lebih banyak saham dipaksa dijual. Terjadi siklus yang berkelanjutan: pemutusan margin → penurunan harga saham → pemutusan margin lagi → harga saham terus turun.
Bahkan saham Baidu yang dia pegang juga mengalami penurunan besar dalam gelombang ini, bahkan saham yang sebelumnya tidak banyak berfluktuasi pun harus dipaksa dijual demi memenuhi margin.
Apa itu margin? Apa itu margin call?
Logika margin sangat sederhana: Anda mengeluarkan sebagian uang, sekuritas meminjamkan sisanya, agar Anda bisa membeli saham.
Misalnya, Anda tertarik pada sebuah saham yang harganya 100 yuan, tetapi Anda hanya punya 40 yuan, sekuritas meminjamkan 60 yuan agar Anda bisa membeli satu lot.
Jika saham naik ke 110 yuan, setelah dijual dan dikembalikan ke sekuritas beserta bunga 60 yuan, sisa keuntungan adalah milik Anda. Dengan modal 40 yuan, Anda mendapatkan keuntungan jauh di atas 10%.
Namun sebaliknya, jika saham turun ke 70 yuan, sekuritas mulai khawatir—karena Anda hanya menginvestasikan 40 yuan, dan nilai saham sekarang 70 yuan. Sekuritas yang meminjamkan 60 yuan mungkin tidak bisa dikembalikan. Jadi, sekuritas akan mengingatkan Anda untuk “menambah margin,” yaitu meminta Anda menambah dana.
Dalam contoh pasar saham Taiwan, margin biasanya adalah 40% dari total pembelian, dan sekuritas meminjamkan 60%. Rasio pemeliharaan margin awal biasanya diatur di 167% (100 yuan ÷ 60 yuan). Ketika rasio margin turun di bawah 130% (sekitar harga saham 78 yuan), sekuritas akan mengirimkan pemberitahuan margin call.
Jika dalam waktu tertentu Anda tidak menambah dana, sekuritas akan langsung menjual saham Anda, ini disebut “forced liquidation,” dari sudut pandang investor disebut “pemutusan margin” atau “margin call.”
Dampak besar dari pemutusan margin terhadap pasar saham?
Dampak 1: Harga saham akan oversold
Investor ritel biasanya akan ragu untuk menjual saat harga turun. Tapi sekuritas berbeda—mereka hanya ingin cepat mengembalikan dana pinjaman, tidak peduli harga jualnya bagus atau tidak.
Jadi, ketika sebuah saham mengalami penurunan besar dan memicu margin call, penjualan besar-besaran dari sekuritas akan menekan harga saham lebih dalam lagi, memicu gelombang margin call lainnya. Ini menciptakan siklus “turun → margin call → penjualan → semakin turun.”
Bagi investor yang melakukan posisi long, sebaiknya hindari saham yang berisiko margin call; bagi yang melakukan short, ini bisa menjadi peluang keuntungan.
Dampak 2: Kode saham setelah margin call menjadi kacau
Biasanya kita anggap bahwa tim internal perusahaan dan investor institusi jangka panjang (reksa dana, perusahaan asuransi) memiliki kode saham yang stabil. Tapi saat terjadi pemutusan margin besar-besaran, saham yang dijual sekuritas akan mengalir ke banyak investor ritel.
Karakteristik investor ritel adalah serba cepat dan spekulatif, harga saham yang sedikit berfluktuasi akan sering diperdagangkan. Ini menyebabkan dana besar enggan masuk lagi, dan harga saham bisa terus turun sampai ada berita positif besar yang mampu menarik kembali dana.
Jadi, setelah pemutusan margin, biasanya tidak disarankan untuk berinvestasi di saham tersebut karena sangat rentan turun lebih dalam dalam waktu singkat.
Bagaimana menggunakan margin secara aman untuk meningkatkan keuntungan?
Meskipun risiko margin sangat tinggi, jika tahu cara mengelolanya, sebenarnya bisa membuat dana lebih efisien:
Pertama: Pilih instrumen yang likuid
Dari pelajaran Bill Hwang, jelas bahwa membeli saham dengan margin harus memilih perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar dan volume transaksi yang cukup. Kalau tidak, saat pemain besar mengalami margin call, harga bisa dihancurkan dan bahkan posisi Anda bisa terkena dampaknya.
Kedua: Pertimbangkan keseimbangan biaya margin dan keuntungan
Margin harus membayar bunga ke sekuritas. Beberapa saham perusahaan hampir tidak berfluktuasi, dan keuntungan utamanya hanya dari dividen. Jika dividen tahunan dan biaya bunga margin hampir sama, maka investasi tersebut tidak masuk akal.
Ketiga: Beli secara bertahap, atur stop loss dan take profit
Jika membeli secara bertahap dengan margin, saat harga naik Anda bisa menikmati keuntungan; saat harga turun, karena masih ada dana, bisa membeli lagi untuk menurunkan biaya rata-rata. Tapi hati-hati, jika harga mencapai level resistance dan tidak bisa menembus, selama periode ini Anda tetap harus membayar bunga. Disarankan langsung take profit saat tidak mampu menembus resistance, dan juga harus stop loss saat harga menembus support.
Operasi yang disiplin adalah kunci kemenangan jangka panjang.
Ringkasan
Margin adalah pedang bermata dua. Jika digunakan dengan benar, leverage bisa memperbesar keuntungan dan mempercepat kekayaan; jika salah, leverage yang sama bisa memperbesar kerugian dengan kecepatan luar biasa.
Margin call dan forced liquidation mungkin terlihat jauh dari investor biasa, tapi sebenarnya selama Anda menggunakan margin atau leverage, risiko ini selalu mengintai.
Sebelum berinvestasi, pastikan melakukan riset yang cukup, pahami risiko yang Anda tanggung, agar aset Anda tidak terpapar bahaya yang sulit diprediksi.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Kebenaran di balik likuidasi besar dalam pendanaan: Dimulai dari kasus kerugian Bill Hwang sebesar 20 miliar dolar AS
Pada Maret 2021, seorang manajer investasi Wall Street kehilangan 20 miliar dolar AS dalam waktu hanya 48 jam, menjadi orang yang tercepat dalam sejarah dalam hal kerugian. Peristiwa yang mengguncang dunia keuangan ini mencerminkan sebuah konsep perdagangan yang tampaknya sederhana namun sangat berbahaya—pemutusan margin dan margin call.
Memahami dari pemutusan margin oleh para pemain besar: Mengapa Bill Hwang bisa kehilangan begitu banyak?
Strategi investasi Bill Hwang sangat langsung: memilih saham perusahaan yang dianggap bagus, lalu menggunakan leverage besar untuk memperbesar keuntungan. Dengan metode ini, dia mengubah aset sebesar 220 juta dolar AS menjadi 20 miliar dolar AS dalam 10 tahun.
Namun leverage seperti pedang bermata dua. Ketika pasar saham mengalami volatilitas besar pada 2021, posisi beliau mulai tertekan. Perusahaan sekuritas, untuk melindungi dana mereka sendiri, melakukan forced liquidation.
Masalahnya—jumlah saham yang dia pegang terlalu besar. Ketika perusahaan sekuritas menjual begitu banyak saham sekaligus ke pasar, tidak ada cukup pembeli untuk menyerapnya. Setelah harga saham jatuh, ini memicu risiko margin call pada posisi lainnya, menyebabkan lebih banyak saham dipaksa dijual. Terjadi siklus yang berkelanjutan: pemutusan margin → penurunan harga saham → pemutusan margin lagi → harga saham terus turun.
Bahkan saham Baidu yang dia pegang juga mengalami penurunan besar dalam gelombang ini, bahkan saham yang sebelumnya tidak banyak berfluktuasi pun harus dipaksa dijual demi memenuhi margin.
Apa itu margin? Apa itu margin call?
Logika margin sangat sederhana: Anda mengeluarkan sebagian uang, sekuritas meminjamkan sisanya, agar Anda bisa membeli saham.
Misalnya, Anda tertarik pada sebuah saham yang harganya 100 yuan, tetapi Anda hanya punya 40 yuan, sekuritas meminjamkan 60 yuan agar Anda bisa membeli satu lot.
Jika saham naik ke 110 yuan, setelah dijual dan dikembalikan ke sekuritas beserta bunga 60 yuan, sisa keuntungan adalah milik Anda. Dengan modal 40 yuan, Anda mendapatkan keuntungan jauh di atas 10%.
Namun sebaliknya, jika saham turun ke 70 yuan, sekuritas mulai khawatir—karena Anda hanya menginvestasikan 40 yuan, dan nilai saham sekarang 70 yuan. Sekuritas yang meminjamkan 60 yuan mungkin tidak bisa dikembalikan. Jadi, sekuritas akan mengingatkan Anda untuk “menambah margin,” yaitu meminta Anda menambah dana.
Dalam contoh pasar saham Taiwan, margin biasanya adalah 40% dari total pembelian, dan sekuritas meminjamkan 60%. Rasio pemeliharaan margin awal biasanya diatur di 167% (100 yuan ÷ 60 yuan). Ketika rasio margin turun di bawah 130% (sekitar harga saham 78 yuan), sekuritas akan mengirimkan pemberitahuan margin call.
Jika dalam waktu tertentu Anda tidak menambah dana, sekuritas akan langsung menjual saham Anda, ini disebut “forced liquidation,” dari sudut pandang investor disebut “pemutusan margin” atau “margin call.”
Dampak besar dari pemutusan margin terhadap pasar saham?
Dampak 1: Harga saham akan oversold
Investor ritel biasanya akan ragu untuk menjual saat harga turun. Tapi sekuritas berbeda—mereka hanya ingin cepat mengembalikan dana pinjaman, tidak peduli harga jualnya bagus atau tidak.
Jadi, ketika sebuah saham mengalami penurunan besar dan memicu margin call, penjualan besar-besaran dari sekuritas akan menekan harga saham lebih dalam lagi, memicu gelombang margin call lainnya. Ini menciptakan siklus “turun → margin call → penjualan → semakin turun.”
Bagi investor yang melakukan posisi long, sebaiknya hindari saham yang berisiko margin call; bagi yang melakukan short, ini bisa menjadi peluang keuntungan.
Dampak 2: Kode saham setelah margin call menjadi kacau
Biasanya kita anggap bahwa tim internal perusahaan dan investor institusi jangka panjang (reksa dana, perusahaan asuransi) memiliki kode saham yang stabil. Tapi saat terjadi pemutusan margin besar-besaran, saham yang dijual sekuritas akan mengalir ke banyak investor ritel.
Karakteristik investor ritel adalah serba cepat dan spekulatif, harga saham yang sedikit berfluktuasi akan sering diperdagangkan. Ini menyebabkan dana besar enggan masuk lagi, dan harga saham bisa terus turun sampai ada berita positif besar yang mampu menarik kembali dana.
Jadi, setelah pemutusan margin, biasanya tidak disarankan untuk berinvestasi di saham tersebut karena sangat rentan turun lebih dalam dalam waktu singkat.
Bagaimana menggunakan margin secara aman untuk meningkatkan keuntungan?
Meskipun risiko margin sangat tinggi, jika tahu cara mengelolanya, sebenarnya bisa membuat dana lebih efisien:
Pertama: Pilih instrumen yang likuid
Dari pelajaran Bill Hwang, jelas bahwa membeli saham dengan margin harus memilih perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar dan volume transaksi yang cukup. Kalau tidak, saat pemain besar mengalami margin call, harga bisa dihancurkan dan bahkan posisi Anda bisa terkena dampaknya.
Kedua: Pertimbangkan keseimbangan biaya margin dan keuntungan
Margin harus membayar bunga ke sekuritas. Beberapa saham perusahaan hampir tidak berfluktuasi, dan keuntungan utamanya hanya dari dividen. Jika dividen tahunan dan biaya bunga margin hampir sama, maka investasi tersebut tidak masuk akal.
Ketiga: Beli secara bertahap, atur stop loss dan take profit
Jika membeli secara bertahap dengan margin, saat harga naik Anda bisa menikmati keuntungan; saat harga turun, karena masih ada dana, bisa membeli lagi untuk menurunkan biaya rata-rata. Tapi hati-hati, jika harga mencapai level resistance dan tidak bisa menembus, selama periode ini Anda tetap harus membayar bunga. Disarankan langsung take profit saat tidak mampu menembus resistance, dan juga harus stop loss saat harga menembus support.
Operasi yang disiplin adalah kunci kemenangan jangka panjang.
Ringkasan
Margin adalah pedang bermata dua. Jika digunakan dengan benar, leverage bisa memperbesar keuntungan dan mempercepat kekayaan; jika salah, leverage yang sama bisa memperbesar kerugian dengan kecepatan luar biasa.
Margin call dan forced liquidation mungkin terlihat jauh dari investor biasa, tapi sebenarnya selama Anda menggunakan margin atau leverage, risiko ini selalu mengintai.
Sebelum berinvestasi, pastikan melakukan riset yang cukup, pahami risiko yang Anda tanggung, agar aset Anda tidak terpapar bahaya yang sulit diprediksi.