Saya ceritakan kejadian di tahun 2021, sebenarnya waktu itu masih cukup stabil. Saat peristiwa 519, memang berhasil meraup untung lumayan besar, dapat profit beberapa puluh juta, jadi sempat berpikir untuk istirahat dulu. Tapi di akhir Juni terjadi hal tak terduga—Bitcoin di posisi 29.000 dolar sempat melakukan false breakout, saya kira itu sinyal pembalikan tren jadi tambah posisi, eh ternyata setelah naik ke 40.000 langsung anjlok lagi, modal saya langsung jebol.
Tapi itu belum yang paling parah. Setelah liquidation, sebenarnya masih ada cash flow beberapa puluh juta di tangan, seharusnya bisa istirahat dulu atau tunggu peluang masuk yang lebih baik. Tapi masalah muncul, tiba-tiba keluarga tidak mengizinkan saya pakai dana cadangan itu, begitu rantai dana putus, terpaksa pinjam sana-sini buat tutup lubang, malah makin lama makin besar bolongnya.
Sekarang kalau lihat ke belakang, kalau waktu itu likuiditas tidak bermasalah, mungkin cerita setelahnya akan sangat berbeda. Jadi dalam trading, analisa teknikal memang penting, tapi manajemen dana dan rencana darurat jauh lebih krusial—pasar tidak akan memberi kesempatan kedua untuk kesalahan yang sama.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
15 Suka
Hadiah
15
8
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
PrivateKeyParanoia
· 7jam yang lalu
Jebakan breakout palsu memang benar-benar parah, sekali lengah bisa kehilangan semuanya.
Lihat AsliBalas0
GlueGuy
· 14jam yang lalu
Sial, yang di rumah itu baru benar-benar mematikan.
Lihat AsliBalas0
InscriptionGriller
· 14jam yang lalu
Puluhan juta arus kas pun bisa dibekukan oleh keluarga, inilah benar-benar titik lemah yang fatal. Secanggih apa pun analisis teknikal, tidak akan mampu bertahan jika rantai pendanaan terputus.
Lihat AsliBalas0
AirdropFreedom
· 14jam yang lalu
Inilah yang saya maksud, karena serakah malah semuanya hilang.
Lihat AsliBalas0
StableGenius
· 14jam yang lalu
Sejujurnya, inilah alasan kenapa saya selalu bilang manajemen modal emosional selalu lebih unggul dari analisis teknikal setiap saat—kamu sudah tepat dalam mendiagnosa tapi meleset dalam prognosisnya, secara empiris. Breakout palsu itu memang tak terhindarkan melihat pola volatilitas seperti itu, tapi yang benar-benar fatal? Membiarkan drama keluarga melikuidasi buffer kamu. Itu bukan kegagalan pasar, itu kegagalan operasional.
Lihat AsliBalas0
SignatureAnxiety
· 14jam yang lalu
Saat keluarga tidak mengizinkan menggunakan dana cadangan, itulah momen likuidasi yang sesungguhnya.
Lihat AsliBalas0
ser_ngmi
· 14jam yang lalu
Di rumah tidak boleh menyentuh dana cadangan, ini benar-benar luar biasa, lebih menyakitkan daripada dipotong pasar.
Lihat AsliBalas0
SerRugResistant
· 14jam yang lalu
Di rumah itu benar-benar dijaga ketat, inilah pembunuh sejati.
Saya ceritakan kejadian di tahun 2021, sebenarnya waktu itu masih cukup stabil. Saat peristiwa 519, memang berhasil meraup untung lumayan besar, dapat profit beberapa puluh juta, jadi sempat berpikir untuk istirahat dulu. Tapi di akhir Juni terjadi hal tak terduga—Bitcoin di posisi 29.000 dolar sempat melakukan false breakout, saya kira itu sinyal pembalikan tren jadi tambah posisi, eh ternyata setelah naik ke 40.000 langsung anjlok lagi, modal saya langsung jebol.
Tapi itu belum yang paling parah. Setelah liquidation, sebenarnya masih ada cash flow beberapa puluh juta di tangan, seharusnya bisa istirahat dulu atau tunggu peluang masuk yang lebih baik. Tapi masalah muncul, tiba-tiba keluarga tidak mengizinkan saya pakai dana cadangan itu, begitu rantai dana putus, terpaksa pinjam sana-sini buat tutup lubang, malah makin lama makin besar bolongnya.
Sekarang kalau lihat ke belakang, kalau waktu itu likuiditas tidak bermasalah, mungkin cerita setelahnya akan sangat berbeda. Jadi dalam trading, analisa teknikal memang penting, tapi manajemen dana dan rencana darurat jauh lebih krusial—pasar tidak akan memberi kesempatan kedua untuk kesalahan yang sama.