
Death cross adalah indikator teknikal bearish yang terjadi ketika moving average jangka pendek melintas di bawah moving average jangka panjang.
Di grafik, death cross paling umum didefinisikan sebagai ketika moving average 50 hari turun di bawah moving average 200 hari. Moving average menunjukkan rata-rata harga penutupan selama N hari terakhir, sehingga menghaluskan fluktuasi harga. Ketika garis jangka pendek turun di bawah garis jangka panjang, hal ini menandakan potensi pergeseran dari kekuatan ke kelemahan, namun tidak menjamin penurunan harga.
Death cross banyak digunakan di saham, forex, dan aset kripto. Di pasar kripto yang sangat volatil, death cross rentan terhadap “sinyal palsu.” Karena itu, trader sering mengombinasikannya dengan volume, pola harga, atau indikator volatilitas untuk konfirmasi.
Death cross membantu trader menilai kekuatan tren secara cepat dan mengidentifikasi potensi risiko.
Pada tahap akhir uptrend atau saat aksi harga melemah setelah konsolidasi, death cross dapat memberi peringatan kepada pemegang aset untuk memperketat leverage, mengurangi posisi, atau menetapkan stop-loss. Bagi trader derivatif, death cross memicu peralihan ke strategi defensif; bagi investor spot, sinyal ini berfungsi sebagai “jangan kejar” dan mendorong menunggu titik masuk yang lebih baik.
Banyak pemula hanya fokus pada pergerakan jangka pendek dan melewatkan perubahan tren yang lebih besar. Memahami death cross memungkinkan perencanaan trading yang lebih disiplin: mengurangi eksposur risiko saat momentum jelas melemah dan menghindari pembelian berulang di puncak lokal sebelum tren berlanjut.
Death cross terbentuk ketika dua moving average berpotongan: moving average jangka pendek mencerminkan rata-rata biaya terkini, sedangkan moving average jangka panjang melacak tren yang lebih luas.
Simple moving average (SMA) menghitung rata-rata berbobot sama—misalnya, SMA 50 hari adalah rata-rata aritmatika harga penutupan selama 50 hari terakhir. Exponential moving average (EMA) memberikan bobot lebih besar pada hari-hari terbaru dan merespons perubahan harga lebih cepat. Ketika rata-rata jangka pendek (seperti 50 hari) melintas di bawah rata-rata jangka panjang (seperti 200 hari), hal ini mengindikasikan harga saat ini lebih lemah dari rata-rata jangka panjangnya dan momentum mulai memudar.
Kombinasi moving average yang berbeda menghasilkan sensitivitas berbeda:
Di pasar sideways, harga sering berosilasi di sekitar moving average, sehingga memicu “serial death cross palsu.” Mengandalkan crossover saja bisa tidak dapat diandalkan—filter tren (misalnya memeriksa apakah harga di bawah moving average jangka panjang) dan kontrol risiko sangat disarankan.
Di kripto, death cross biasanya muncul setelah puncak lokal atau selama periode konsolidasi yang melemah.
Dalam trading spot, banyak trader menggunakan death cross harian 50/200 sebagai sinyal untuk “mengurangi risiko”—misalnya, dengan menutup posisi momentum, menaikkan stop-loss di atas titik impas, atau mengambil profit sebagian. Pada charting spot Gate, setelah meng-overlay dua moving average, trader umumnya menjadi lebih waspada saat harga turun di bawah 200 hari dan death cross 20/50 muncul.
Dalam trading kontrak, beberapa peserta menggunakan death cross jangka pendek (misal 4 jam 20/50) sebagai pemicu short position mengikuti tren. Namun, biasanya mereka menambahkan kondisi ekstra—misalnya: hanya masuk dengan ukuran kecil jika harga juga di bawah moving average 200 periode dan volume meningkat pada hari crossover, serta selalu dengan batas risiko tetap.
Dalam strategi kuantitatif atau grid, death cross sering berfungsi sebagai “filter.” Misal, pada bot grid Gate, pengaturan dapat mensyaratkan harga di bawah moving average 200 hari dan death cross 20/50 sebelum mengaktifkan grid short; jika golden cross muncul, bot otomatis jeda atau mengurangi ukuran grid.
Mengurangi sinyal palsu memerlukan konfirmasi multi-faktor dan kontrol risiko yang ketat.
Langkah pertama: Tambahkan filter tren. Perlakukan death cross jangka pendek sebagai valid hanya jika harga di bawah moving average jangka panjang; jika harga tetap di atasnya, perlakukan crossover sebagai noise di pasar yang tidak stabil.
Langkah kedua: Pantau volume trading. Jika volume meningkat pada hari death cross atau dalam beberapa hari berikutnya, tekanan jual kemungkinan nyata; jika harga turun dengan volume rendah, mungkin itu breakdown palsu.
Langkah ketiga: Tambahkan indikator momentum. Gunakan RSI atau ambang volatilitas—misalnya, hanya konfirmasi death cross saat RSI turun di bawah level tertentu atau volatilitas terealisasi naik di atas persentil 30 hari.
Langkah keempat: Gunakan scaling dan stop-loss. Baik spot maupun derivatif, setiap trade uji coba sebaiknya tidak melebihi persentase akun tetap (misal, 1%-2% risiko), dengan stop-loss berdasarkan ATR atau spread tetap; jika golden cross atau harga pulih di atas rata-rata jangka panjang, segera kurangi eksposur atau keluar.
Di platform Gate, Anda dapat menambahkan moving average ke grafik dan mengatur alert untuk crossover harga/moving average; selalu aktifkan stop-loss dan trailing profit order untuk menghindari keputusan trading emosional.
Selama setahun terakhir, death cross terjadi dengan frekuensi berbeda tergantung siklus pasar.
Per Q4 2025, data candlestick harian Bitcoin yang tersedia secara publik menggunakan crossover moving average 50/200 menunjukkan sekitar 8–10 death cross harian antara 2017 dan Q4 2025. Median maksimum drawdown dalam 30 hari setelah setiap event berkisar sekitar -10% hingga -20%, namun apakah penurunan lebih lanjut terjadi sangat bergantung pada apakah pasar berada dalam fase bear makro utama.
Di timeframe lebih pendek, selama setahun terakhir (2025), baik Bitcoin maupun Ethereum mengalami beberapa crossover menggunakan kombinasi 4 jam atau harian 20/50. Statistik menunjukkan bahwa setelah death cross jangka pendek, terdapat peluang sekitar 50%-60% kelanjutan tren dalam tujuh hari—meski volatilitas tinggi meningkatkan frekuensi sinyal palsu. Sepanjang 2024, saat pasar bergeser dari sideways ke bullish, death cross menengah dan panjang (50/200) jauh lebih jarang dibandingkan fase bear 2022–2023.
Kesimpulan: Death cross menengah dan panjang berfungsi sebagai “peringatan risiko,” sementara death cross jangka pendek lebih kepada ritme trading. Di pasar kuat, bahkan death cross jangka pendek bisa cepat berbalik; di fase lemah atau deleveraging, penurunan pasca-crossover cenderung lebih dalam.
Keduanya merupakan sinyal berlawanan: death cross bersifat bearish; golden cross bersifat bullish.
Death cross terjadi ketika moving average jangka pendek turun di bawah rata-rata jangka panjang, menandakan momentum melemah. Golden cross terjadi saat moving average jangka pendek naik di atas rata-rata jangka panjang, menandakan momentum menguat. Dalam praktiknya, sebagian besar strategi menilai lebih dari sekadar satu crossover—mengevaluasi apakah harga berada di atas atau di bawah moving average jangka panjang beserta volume dan volatilitas sebelum bertindak berdasarkan sinyal ini.
Death cross terutama digunakan untuk mengurangi eksposur, memperketat kontrol risiko, atau mengidentifikasi peluang short; golden cross biasanya digunakan untuk menambah eksposur, melonggarkan stop-loss, atau mengidentifikasi long trade. Menggunakan keduanya bersama memberikan aturan masuk dan keluar yang jelas untuk trading sistematis.
Death cross menandakan risiko penurunan namun bukan perintah jual mutlak. Sinyal ini menunjukkan momentum jangka pendek melemah dibanding tren jangka panjang—namun data historis mencakup kasus di mana harga rebound setelah death cross. Sebaiknya kombinasikan indikator lain (seperti volume atau level support) untuk konfirmasi dan kembangkan rencana stop-loss daripada bereaksi impulsif.
Di halaman trading Gate, buka grafik candlestick pasangan mana pun dan pilih indikator MACD atau overlay moving average. Amati moving average jangka pendek (misal, 5 hari) yang melintas turun melalui rata-rata jangka panjang (misal, 20 hari)—ini menandai death cross. Anda juga dapat mengatur notifikasi alert harga agar diberitahu saat event seperti ini terjadi.
Ya—keandalan sinyal sangat bervariasi tergantung panjang timeframe. Death cross harian memberikan wawasan lebih besar dibandingkan death cross per jam karena timeframe lebih panjang mencerminkan perubahan tren yang lebih mendalam. Pemula sebaiknya fokus terlebih dahulu pada death cross harian atau mingguan untuk menghindari tertipu oleh noise jangka pendek.
Death cross yang sering biasanya terjadi di pasar yang sangat volatil atau ranging di mana tren tidak jelas. Dalam kondisi seperti ini, reliabilitasnya menurun dan sinyal palsu meningkat. Pertimbangkan hanya trading saat death cross bertepatan dengan volume meningkat atau breakdown support level utama—bukan setiap event crossover.
Sinyal palsu umum terjadi di pasar yang tidak stabil. Untuk menghindari jebakan:


