
Gambar: https://www.gate.com/trade/BTC_USDT
Per 1 Desember 2025, penurunan BTC di bawah 90.000 dolar AS memicu kekhawatiran di pasar setelah koreksi tajam dari level tertinggi tahunannya. Namun, seiring perubahan kondisi, BTC menguat kembali di atas 90.000 dolar AS, memunculkan perdebatan baru tentang potensi kenaikannya. Sebagai tolok ukur utama pasar aset digital, fluktuasi harga Bitcoin mencerminkan faktor teknikal sekaligus tren makroekonomi, arus modal, dan sentimen pasar secara menyeluruh.
Sepanjang 2025, BTC mengalami beberapa periode volatilitas yang signifikan. Penurunan dari puncak awal tahun dipengaruhi antara lain oleh meningkatnya ketidakpastian ekonomi global dan bertambahnya aversi risiko di kalangan investor. Menjelang akhir tahun, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed (Bank Sentral AS) yang semakin kuat mulai mengembalikan minat risiko, sehingga BTC mampu menguat kembali di atas 90.000 dolar AS. Pada saat yang sama, likuiditas dan volume perdagangan membaik, membentuk level dukungan jangka pendek baru untuk BTC.
Ekspektasi Makroekonomi dan Suku Bunga
Pasar secara luas memperkirakan The Fed (Bank Sentral AS) akan memangkas suku bunga pada Desember, yang akan menambah likuiditas serta menurunkan biaya pendanaan—mendorong penguatan aset berisiko. Bitcoin, sebagai aset berisiko tinggi dengan potensi imbal hasil besar, biasanya unggul dalam lingkungan kebijakan moneter yang longgar.
Pulihnya Sentimen Pasar
Koreksi tajam di awal tahun mengguncang kepercayaan investor, menyebabkan sebagian investor ritel maupun institusi melakukan aksi jual panik. Ketika BTC stabil di level 90.000 dolar AS, sentimen membaik dan pembeli kembali masuk, menopang harga.
Masuknya Investor Institusi dan Modal
Kembalinya investor institusi serta arus modal ke produk investasi terkait Bitcoin memberikan momentum kenaikan yang stabil bagi BTC. Hal ini memperdalam likuiditas pasar dan menekan volatilitas, membuat pemulihan lebih berkelanjutan.
Meski BTC tengah mengalami pemulihan, tantangan besar masih membayangi.
Zona Resistensi Utama: Kisaran 92.000–95.000 dolar AS menjadi zona resistensi utama di mana banyak pelaku pasar kemungkinan besar melakukan penempatan pesanan jual, menciptakan tekanan jual kuat. Hanya penembusan di atas zona resistensi ini yang dapat membuka peluang menuju 100.000 dolar AS.
Likuiditas dan Aktivitas Pasar Terbatas: Walaupun arus modal baru-baru ini membantu, aktivitas pasar secara keseluruhan masih di bawah puncak sebelumnya. Likuiditas terbatas dapat menyebabkan konsolidasi harga dan pergerakan fluktuatif dalam kisaran kunci, sehingga memperlambat momentum kenaikan.
Risiko Makroekonomi dan Regulasi: Perubahan kebijakan The Fed (Bank Sentral AS), ketidakpastian ekonomi global, serta perubahan regulasi menjadi risiko penurunan bagi Bitcoin. Jika pemangkasan suku bunga tidak sesuai ekspektasi, investor bisa mengalihkan dana dari aset berisiko, membatasi potensi kenaikan BTC.
Jika BTC bertahan di atas level 90.000 dolar AS dan menarik minat beli yang cukup pada kisaran 92.000–95.000 dolar AS, peluang menuju 100.000 dolar AS tetap terbuka. Level penting yang perlu dicermati investor meliputi:
Jika likuiditas, arus modal, dan kebijakan makro sejalan, BTC berpotensi mencapai target akhir tahun. Di sisi lain, jika terjadi sentimen negatif signifikan atau arus modal melambat, BTC bisa turun ke kisaran 85.000–88.000 dolar AS. BTC kemungkinan akan berkonsolidasi di sana.
Kenaikan BTC di atas 90.000 dolar AS membangkitkan optimisme pasar, namun prospek ke depan masih penuh ketidakpastian. Investor perlu memantau secara cermat kebijakan makro, arus modal, dan sentimen pasar untuk menilai peluang pergerakan menuju 100.000 dolar AS. Strategi investasi yang tepat dan manajemen risiko yang solid sangat penting untuk menghadapi volatilitas ke depan.





