
Teknologi augmented reality (AR) dan virtual reality (VR) telah mengubah lanskap digital secara menyeluruh, menghadirkan dunia tiga dimensi yang imersif sekaligus mengaburkan batas antara dunia fisik dan virtual. Salah satu inovasi paling menarik adalah metaverse, yang mempertemukan berbagai platform digital dan lingkungan virtual, memungkinkan pengguna untuk berinteraksi, bersosialisasi, dan menjalankan aktivitas bisnis. Artikel ini membahas kepemilikan lahan di metaverse, proses akuisisi properti digital, serta faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam investasi digital yang tengah berkembang.
Metaverse merupakan gabungan dari kata "meta" dan "universe," serta menggambarkan ekosistem teknologi dan platform digital yang mengintegrasikan realitas fisik dengan dunia virtual. Metaverse memanfaatkan teknologi VR dan AR untuk menciptakan pengalaman daring yang mendalam dan melampaui interaksi digital konvensional. Platform ini berperan sebagai dunia virtual, tempat pengguna saling terhubung, bersosialisasi, dan beraktivitas, mirip jejaring sosial atau gim multipemain, namun menawarkan interaktivitas dan kedalaman yang lebih tinggi.
Pengguna umumnya membuat avatar—karakter virtual yang berfungsi sebagai identitas digital—untuk menjelajahi dunia digital tersebut. Ciri khas metaverse modern adalah integrasi dengan teknologi blockchain, khususnya pada platform seperti Ethereum. The Sandbox dan Decentraland, misalnya, menggunakan infrastruktur blockchain untuk menghadirkan pengalaman virtual yang terdesentralisasi dan bebas sensor, sehingga pengguna memiliki kendali penuh atas identitas dan properti digital mereka.
Real estat digital merujuk pada lahan atau properti virtual yang berada di lingkungan metaverse. Dalam dunia kripto, bidang lahan di metaverse umumnya diwakili dan diperdagangkan sebagai non-fungible token (NFT) pada blockchain seperti Ethereum atau Solana. Tidak seperti aset kripto yang bersifat fungibel—seperti Bitcoin atau Ethereum—NFT memiliki alamat blockchain yang unik, sehingga setiap token bersifat individual dan tidak dapat diduplikasi.
Transparansi riwayat transaksi blockchain memastikan bukti kepemilikan digital yang dapat diverifikasi. Setelah memperoleh lahan di metaverse, pemilik mendapat otonomi penuh untuk mengelola properti virtual mereka. Seperti pada properti fisik, pemilik dapat membangun, membuka bisnis, atau menciptakan pengalaman di lahan mereka sesuai fitur platform. Investor dapat menyimpan NFT sebagai aset jangka panjang atau memperdagangkannya di marketplace NFT, sehingga tercipta pasar sekunder properti virtual yang dinamis.
Motivasi membeli properti virtual tidak terbatas pada minat gim semata, melainkan juga mencakup pertimbangan strategis dan finansial yang memikat trader, investor, dan pelaku bisnis di pasar lahan metaverse.
Strategi Investasi Jangka Panjang: Banyak investor memandang metaverse terdesentralisasi sebagai masa depan interaksi digital, sebagaimana Bitcoin dipandang sebagai masa depan keuangan. Mereka membeli lahan di metaverse sebagai aset spekulatif jangka panjang, dengan ekspektasi platform tertentu akan menjadi jejaring sosial atau gim paling dominan.
Pendapatan Pasif: Platform metaverse seperti Decentraland dan The Sandbox memungkinkan pemilik properti memperoleh pendapatan pasif lewat penyewaan lahan kepada pengguna lain. Selain itu, mereka dapat mengembangkan atraksi—seperti tempat hiburan, museum, atau fasilitas gim—dan memonetisasi properti melalui biaya kunjungan atau komisi.
Pemasaran dan Eksistensi Merek: Perusahaan besar dan pengiklan mulai melihat metaverse sebagai saluran pemasaran yang strategis di era Web3. Chipotle, misalnya, telah meluncurkan kampanye inovatif dengan pengalaman interaktif di mana pelanggan mendesain burrito virtual untuk memperoleh hadiah nyata. Dengan meningkatnya adopsi metaverse, ruang iklan premium di platform populer semakin menarik minat bisnis.
Hiburan dan Keterlibatan Komunitas: Selain faktor finansial, banyak pengguna membeli properti virtual untuk berpartisipasi dalam komunitas metaverse. Mereka menikmati aktivitas seperti menyelesaikan misi, bersosialisasi, dan berekspresi, serta menjadikan kepemilikan lahan sebagai sarana memperkaya pengalaman bermain dan membangun jejaring di dunia digital baru.
Proses membeli lahan di metaverse umumnya seragam di berbagai platform, dengan syarat utama kepemilikan aset kripto di dompet digital yang sesuai. Berikut tahapan akuisisi lahan digital:
Pilih Platform Metaverse: Dengan banyaknya pilihan metaverse, calon pembeli harus melakukan riset mendalam sebelum berinvestasi. Portal informasi kripto seperti CoinMarketCap, CoinGecko, dan dAppRadar menyediakan daftar platform blockchain dan gim metaverse populer. Banyak proyek juga mencantumkan bidang lahan di marketplace NFT. Menilai tujuan proyek, tim pengembang, dan komunitas sangat penting untuk menemukan peluang investasi terbaik di metaverse.
Dapatkan Dompet Kripto yang Sesuai: Setelah memilih platform, pengguna perlu memastikan dompet kripto yang digunakan mendukung blockchain platform tersebut. Contoh, metaverse berbasis Ethereum seperti The Sandbox memerlukan dompet kompatibel seperti MetaMask. Pilih dompet non-custodial yang kredibel untuk menjamin keamanan, kompatibilitas, dan kendali penuh atas aset digital tanpa intervensi platform terpusat.
Peroleh dan Transfer Kripto: Transaksi lahan di metaverse biasanya dilakukan dengan aset kripto, umumnya token asli blockchain platform (misal SOL untuk Solana). Investor harus membeli kripto dari platform aset digital dan mentransfernya ke dompet sebelum memulai proses pembelian lahan.
Hubungkan Dompet ke Marketplace NFT: Beberapa metaverse menyediakan marketplace khusus untuk transaksi lahan (misal Decentraland Marketplace), sedangkan lainnya menggunakan marketplace sekunder. Pengguna menghubungkan dompet kripto ke marketplace tersebut untuk memproses transaksi lahan digital.
Beli atau Ajukan Penawaran Properti Virtual: Metode akuisisi lahan bervariasi—ada penjual yang menetapkan harga tetap dan ada pula yang menggelar lelang. Marketplace NFT juga memungkinkan pembeli mengajukan penawaran di bawah harga resmi, memberikan fleksibilitas negosiasi pembelian lahan digital.
Amankan Properti Virtual: Setelah transaksi selesai, NFT lahan akan masuk ke dompet kripto pembeli sebagai bukti kepemilikan yang terverifikasi. Pemilik lahan dapat memindahkan NFT ke dompet lain untuk keamanan atau keperluan manajemen.
Harga lahan metaverse sangat fluktuatif dan spekulatif, tanpa standar valuasi yang jelas. Nilai lahan bisa sangat rendah hingga sangat tinggi per bidang, tergantung popularitas gim, lokasi lahan, dan fitur unik yang dimiliki.
Contohnya, lahan di dekat properti selebritas—seperti bidang di sekitar estate virtual tokoh terkenal di The Sandbox—dihargai lebih mahal dibandingkan lokasi pinggiran. Begitu juga di Otherside, harga lahan melambung jika memiliki sumber daya langka atau tingkat kelangkaan tinggi.
Investor kerap menggunakan "floor price"—harga terendah yang ditawarkan di platform—untuk memantau tren dan membandingkan harga antar metaverse. Indikator ini memberikan gambaran pergerakan harga historis serta membantu menentukan valuasi dasar investasi lahan digital.
Lahan di metaverse adalah salah satu kategori paling spekulatif dan berisiko tinggi di pasar kripto. Meski peminat terus bertambah, ketidakpastian mengenai platform mana yang akan sukses serta apakah adopsi metaverse memenuhi ekspektasi tetap tinggi. Kegagalan platform dapat membuat NFT lahan langsung kehilangan nilai, sehingga investasi pun lenyap.
Selain itu, valuasi lahan metaverse sangat bergantung pada sentimen pasar dan hype, bukan berdasarkan analisis fundamental, sehingga penilaian properti digital menjadi sulit. Sifat spekulatif ini menyebabkan volatilitas ekstrem dan potensi kerugian besar. Ketidakpastian metodologi valuasi serta dinamika pasar yang terus berubah memperbesar risiko, sehingga investor wajib berhati-hati dan melakukan analisis mendalam sebelum mengalokasikan modal ke properti digital.
Metaverse mempertemukan virtual reality, blockchain, dan interaksi sosial, memberi peluang baru untuk kepemilikan dan investasi properti digital. Akuisisi lahan digital menawarkan potensi apresiasi jangka panjang, pendapatan pasif, peluang pemasaran, dan keterlibatan komunitas, namun juga menghadirkan risiko besar akibat teknologi yang masih berkembang dan pasar spekulatif. Keberhasilan investasi lahan digital bergantung pada pemilihan platform yang tepat, kompetensi teknis dalam transaksi kripto, penilaian risiko yang realistis, dan pemahaman mendalam terhadap dinamika pasar. Seiring ekosistem metaverse terus berkembang, investor harus menggabungkan optimisme terhadap masa depan dengan kewaspadaan terhadap volatilitas dan ketidakpastian saat ini. Apakah lahan digital akan menjadi investasi transformatif atau sekadar tren spekulatif masih belum pasti, sehingga keputusan investasi harus diambil secara cermat dengan manajemen risiko yang matang di ranah digital inovatif ini.
Ya, lahan di metaverse masih dapat dibeli. Pasar properti digital di metaverse tetap aktif dengan berbagai peluang pembelian dan investasi yang tersedia.
Metaverse Group memiliki portofolio properti virtual yang besar, termasuk bidang seluas 500 meter persegi di Decentraland yang dibeli dengan nilai $2,43 juta pada tahun 2025.
Pada tahun 2025, harga lahan di metaverse berkisar antara $250 hingga $5.960, tergantung platform dan lokasi. Harga tersebut telah menurun dibandingkan tahun 2024.
Ya, penjualan lahan virtual tetap meningkat pesat. Pertumbuhan pasar mencapai 180% secara tahunan, dan investor masih sangat berminat pada lokasi-lokasi utama di metaverse.











